Mendaki Pertama Langsung ke Gunung Tertinggi di Jawa
Dalam
liburan kelulusan SMA,saya dan teman-teman di Komunitas akan melakukan
pendakian ke Gunung Semeru yang mencapai 3676 mdpl.
Ini
adalah kali pertama saya mendaki gunung dengan tinggi yang tidak biasa.
Perasaan saya campur aduk. Dalam hati terus bertanya, apakah saya mampu mendaki
hingga ke Puncak Mahameru? Dengan niatan yang awalnya hanya sampai ke Ranu
Kumbolo saja.
Awalnya kami briefing dan berdoa dulu agar
semuanya berjalan dengan lancar. Ada senior yang berpesan kepada kami, jika
sudah merasa capek agar tidak malu - malu untuk mengatakannya “Satu saja lelah,
semua harus istirahat”. begitu kata teman seniorku.
Estimasi
pendakian dari Pos Ranupani menuju pos Ranu Kumbolo sekitar 5-6 jam kalo itu
berjalan santay.
Kami
sendiri tidak berambisi asal kita selamat,baik baik saja itupun cukup. Jalan
santai semampu kita, apalagi kebanyakan adalah pendaki pemula dan kita membawa
seorang perempuan.
Saat memasuki gapura pertama bertuliskan “Selamat Datang
Para Pendaki Gunung Semeru” kami semua beristirahat sejenak untuk mengabadikan
momen – momen yang ngga bakal terlupakan ini.
Tanjakan
pertama kami dapati setelah gapuran,curamnya kemiringan sudah cukup membuat
kami mulai ngos-ngosan. Bulir-bulir keringat sebesar jagung
pun sudah membasahi baju kami. Tiba-tiba saya terbayang harus melalui medan
seperti itu untuk 5 jam kedepan.
Dalam dua
jam perjalanan kami tetap ‘konsisten’ untuk selalu break, sedikit-sedikit
istirahat, jalan sebentar istirahat lagi.
Tapi setelah itu kami sudah semakin terbiasa, nafas sudah
semakin teratur dan jarak yang ditempuh pun sudah cukup jauh sebelum istirahat.
Seandainya saya mengikuti saran teman saya waktu itu agar rajin berolahraga
beberapa minggu sebelumnya(soalnya ini acara dadakan), setidaknya jogging tiap
pagi. Penyesalan memang selalu datang terlambat ya hehe.
Matahari pun mulai redup sementara perjalanan kami
masih jauh. Kami harus hati-hati dan waspada jika ada lubang, jalur yang
menyempit, akar pohon, dan lainnya dapat membahayakan. Ketika sudah merasa
capek, saya menyemangati diri sendiri ‘bisa..bisa..bisa..’ selangkah
demi selangkah. Hanya fokus ke langkah sendiri dan tidak mau melihat cahaya lampu
di seberang gunung sana yang cukup menggoda.
Jam menunjukkan lima sore, sudah 6 jam berjalan akhirnya
kami tiba di Ranu Kumbolo (2400 mdpl).
Di Ranu
Kumbolo sudah banyak sekali tenda berdiri. Hawa dingin langsung terasa menusuk
hingga ke tulang. Beberapa teman segera mendirikan tenda. Apalagi saya sudah
mengigil kedinginan seperti mati rasa.
Ahh..
akhirnya bisa istirahat juga. Niat mau foto keindahan langit malam Ranu Kumbolo
dengan bintang-bintangnya pun urung saya lakukan. Dasar kabut, selalu datang diwaktu
yang tidak tepat.
Suasana Kabut Pagi di Ranu Kumbolo
Suasana kabut pagi di Ranu Kumbolo benar-benar memikat hati
saya waktu itu. Langit biru, kabut dan danau Ranu Kumbolo menjadi satu
perpaduan yang pas sambil meneguk secangkir kopi hangat.
Tujuan yang saya janji-janjikan akhirnya tercapai juga. Perjalanan beberapa jam dari Ranupani ditambah dengan penantian malam sangat sepadan buat saya yang baru pertama kali ke Gunung Semeru. Satu keindahan Gunung Semeru di danau Ranu Kumbolo ini seolah menambah beberapa semangat saya. Perjalanan kedepan masih panjang. Jangan terlalu bahagia dulu sebelum menginjakkan kaki di Puncak Mahameru.
Tujuan yang saya janji-janjikan akhirnya tercapai juga. Perjalanan beberapa jam dari Ranupani ditambah dengan penantian malam sangat sepadan buat saya yang baru pertama kali ke Gunung Semeru. Satu keindahan Gunung Semeru di danau Ranu Kumbolo ini seolah menambah beberapa semangat saya. Perjalanan kedepan masih panjang. Jangan terlalu bahagia dulu sebelum menginjakkan kaki di Puncak Mahameru.
Perjalanan
ke Kalimati
Kami tidak menghabis-habiskan waktu kami di Ranu Kumbolo
karna kita ingin ke Puncak Mahameru.Jam sembilan pagi, perjalanan kami kami
lanjutkan menuju Kalimati.
Sebelum
itu, kita harus lewati ‘Tanjakan Cinta’ dulu. Bukit kecil dengan tingkat
kemiringan yang cukup curam. Benar-benar menguras tenaga kami, butuh perjuangan
memang. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Dalam perjalanan sekitar 5
jam lagi menuju Kalimati, sesekali kami melihat Gunung Semeru.
Pemandangan
Gunung Semeru
Intensitas
debu vulkanik Gunung Semeru semakin terasa saat kami tiba di Kalimati yang
berada di ketinggian 2700 mdpl. Setelah mendirikan tenda, kami
harus segera beristirahat untuk memulihkan tenaga.
Menuju Puncak Mahameru
Malam yang ditunggu-tunggu pun tiba,
setelah briefing singkat, berdoa dan saling mendoakan, sekitar jam 11
malam kami memulai jalan menuju Arcopodo diketinggian 2900 mdpl.
Jangan harap lagi ada trek landai apalagi menurun, semuanya menanjak dan
berpasir.Selangkah demi selangkah. Meski selangkah saja sudah berat sekali.
Ternyata
kami melakukan kesalahan sangat fatal. Kami tak membawa persediaan air minum
yang cukup. Hanya 2 botol air minum untuk 6 orang. Naik dua langkah seperti
turun satu langkah, naik beberapa langkah, istirahat. Begitu
seterusnya.Persedian air minum sudah habis.
Disetiap langkah, berdua dengan teman saya mengincar belas
kasihan dari para pendaki yang lagi istirahat sambil minum air. “Mas, bisa
bagi air minumnya?”, tanya saya kepada seorang pendaki yang lewat. “Maaf
mas, tinggal sedikit juga”, jawabnya dengan wajah yang kehausan juga.
Pendakian
terus berlanjut, capek sudah tidak tahu lagi batasnya dimana. Masih di
pertengahan Mahameru, kami disuguhi pemandangan spektakuler dari terbitnya
matahari dan ternyata sudah pagi. Disana pula pertama kali saya melihat
samudera awan yang luar biasa indahnya.
Memang benar kata orang, untuk melihat keindahan luar biasa
itu, butuh perjuangan yang luar biasa juga.Istirahat
sebentar sambil melihat matahari terbit. Pemandangan samudera awan di Puncak
Mahameru. Eh, belum puncak deng.. Berbicara dalam hati
“Apa saya harus berhenti sendiri? Saya sudah tidak kuat lagi,tapi nanggung sih
dikit lagi” karna sudah pasrah dengan keadaan yang sangat capek. Jam
9 pagi, sudah berjalan selama 10 jam dan belum tiba juga di puncak. Air minum
habis dan kepala saya tiba-tiba merasa pusing. Saya merasa sudah sangat
kelelahan.
Saya
tergeletak di dekat puncak Mahameru. Teman-teman saya menyemangati untuk terus
melanjutkan. Tapi dikit demi sedikit saya berjalan tanpa kepastian.
Akhirnya beberapa jam, saya sampai di Puncak Mahameru.
Pemandangan yang dinanti – nantikan terwujudkan, sampai saya mengeluarkan air
mata karna melihat pemandangan yang sangat luar biasa Tuhan berikan.
Saat itu
saya merasa bahwa saya sudah melebihi batas kemampuan saya dan membuahkan
hasil. Dengan begitu,saya bergegas mengabadikan momen yang sangat berharga itu
dengan tim saya dan bersyukur bisa sampai dengan selamat dan saatnya mulai
berpikir caranya untuk turunya hehe ...
Karena jalan turun ternyata tak semudah yang saya
bayangkan. Salah-salah, saya bisa masuk jalur ’Blank 75’ yang terkenal
keramat merenggut nyawa pendaki. Saat turun, saya berlari seperti berselancar
di pantai tapi ini bedanya ini dengan pasir.
Momen
yang terwujud
Meski
begitu, pengalaman mendaki Gunung Semeru ini menjadi pengalaman yang tak
terlupakan seumur hidup saya. Bertemu dengan teman – teman baru yang mempunyai
latar belakang yang berbeda – beda. Pengalaman yang begitu berbekas dihati.
Sekian
artikel Pengalaman Pendakian ke Gunung Tertinggi
Semeru di Pulau Jawa, Semoga pengalaman dari saya bisa menjadi
pembelajaran.